ikutip dari
catatan Priscilla “haura Humaira” Auldrine , Jimbaran, Bali
Islam adalah
satu-satunya dien yang diridhoi oleh Allah. Karena dien ini murni berasal dari
Allah, maka banyak banget hal-hal yang selaras dengan fitroh manusia. Misalnya
saja fitroh manusia untuk tampil berani dan anti pengecut. So, Islam
menciptakan banyak sosok-sosok pejuang berjiwa pahlawan ketika keimanan itu
benar-benar meresap dalam diri.
Tak
terhitung banyaknya pejuang, pahlawan, syuhada, hero, atau apa pun sebutan
mereka yang rela berkorban jiwa raga demi kejayaan Islam saja. Kamu pernah
dengar motto ‘Hidup Mulia atau Mati Syahid’? Yupz…motto ini keren banget.
Pilihan yang ada sama-sama oke, baik dalam kondisi hidup ataupun mati. Hidup
seorang muslim itu harus mulia, tidak boleh terhina sedikit pun juga. Ketika
kemuliaan hidup itu tidak didapatkan, maka pilihan mati pun bukan sia-sia tapi
menjemput kesyahidan. Yang namanya syahid tentu saja surga donk imbalannya.
Keren banget kan?
Kedua
pilihan dalam motto di atas, terkandung makna dalam banget tentang aktifitas
yang harus dilakukan oleh manusia yaitu berjuang. Berjuang untuk menjadi mulia
dalam hidup atau syahid ketika memang ‘harus’ mati. Mulia dalam konteks ini
bukan berarti seseorang yang kaya raya, rumah mewah dan jabatan bergengsi.
Mulia disini maksudnya adalah mulia dengan Islam dalam segenap aspek kehidupan.
Mulia ketika manusia itu hanya tunduk dan taat pada aturan Allah saja.
Pilihan
kedua yaitu mati syahid. Kesyahidan disini bukan berarti bebas mengebom rakyat
yang tak berdosa seperti yang banyak terjadi di negeri-negeri muslim. BUKAN.
Itu mah salah sasaran. Kalo mau ngebom, tempat yang tepat adalah ke Israel yang
telah merampas Palestina dan membunuhi banyak kaum muslimin disana, atau kerap
dilakukan mujahidin di chechnya dan negeri muslim yang sedang di invasi AS dan
sekutunya. Tapi bukan di Indonesia dan mayoritas negeri muslim yang bukan area
perang, maka gak boleh donk seenaknya mengebom dan membunuh rakyat sipil.
Kesyahidan
disini adalah syahid dalam rangka memperjuangan kembalinya kehidupan Islam yang
akan menjalankan seluruh syariat Islam dalam naungan Daulah Khilafah. Loh, yang
namanya syahid ya pasti berjihad donk, mungkin itu pikiran kamu. Mana bisa
disebut mati syahid kalau bukan berjihad dalam makna perang? Ada hadits
Rasulullah SAW yang menyatakan “Penghulu syuhada’ adalah Hamzah bin Abdul
Muthallib, dan orang yang berkata di hadapan seorang penguasa yang zalim, lalu
dia memerintahkannya (pada kemakrufan) dan melarangnya (terhadap kemunkaran),
kemudian penguasa itu membunuhnya.” (H.r. al-Hakim)
Wah…ternyata
memerintahkan yang makruf dan melarang yang mungkar di hadapan penguasa yang
dzolim bisa meraih ‘gelarl syuhada loh.
Dan
aktifitas tersebut ada pada yang namanya berdakwah alias menyeru atau mengajak.
Jadi, sebagai remaja muslim, kamu kudu rajin mengajak teman-temanmu,
keluargamu, guru-gurumu dan siapa saja untuk berbuat makruf dan menjauhi
kemungkaran.
Sejak dini,
Islam memang mengajarkan pemeluknya untuk menjadi sosok pejuang yang tangguh.
Terbukti kan tidak ada alternatif ketiga misalnya untuk menjadi pengecut dengan
hidup penuh kehinaan, apalagi mati sebagai pecundang. Ih…naudzubillah. So,
tanamkan dalam diri kamu wahai remaja Islam bahwa menjadi pejuang adalah
satu-satunya pilihan untuk menempuh kemuliaan hidup atau berkalang tanah dengan
predikat syuhada, insya Allah ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar